Fatwamu, Berhalamu
Dulu
dulu sekali, kau pahat berhala
untuk kau puja
kau puji
kau tuhankan lagi.
Dan kini
ya kini, berhala itu menjelma
menjadi fatwa dan fatwa
kau buat fatwa
kau ciptakan fatwa
seperti memahat berhala
kau sembah fatwamu
kau puja
kau tuhankan juga
Fatwamu adalah tuhanmu
kau percaya
ironisnya, kau paksakan
orang percaya fatwamu
adalah paling benar pula
sementara yang lain adalah
keliru
Kau kafirkan fatwa yang
berbeda
kau tuduh sesat sesama
yang tak sama
kau stempelhalalharamkan
mana yang kau suka
Ikuti selera
sesuai yang meminta
lamat-lamat kau seperti
Tuhan, berkuasa
kau seolah berfirman
kau mengaku yang paling
berwenang
nyatanya kau berlaku
sewenang-wenang
atas nama Tuhan
atas nama kebenaran
atas nama umat dan ulama
Mendakwa diri prajurit Tuhan
wek wek wek kau membebek
kekuasaan
dor dor dor kau sodorkan
tafsirmu
mengedor nurani hanya
untuk kepentinganmu
dengan membungkus rapi
kepentinganmu
pakai nama Tuhan
demi agama dan umat
nyatanya fatwamu merusak
tatanan
membawa petaka
menimbulkan keresahan
menghalalkan segala cara
untuk meneguhkan tiranimu
untuk politik kekuasaan
bukan kemanusiaan
pun keberagamaan.
Bertobatlah
kembalilah
dari tuhanmu yang palsu
menipu
dari fatwa-fatwamu yang
ambigu
ke Tuhanmu yang pantas
kau tuju
Yang Satu dan tak ada sekutu
Asal Muasal dari semua
yang berada
Penciptamu dan semua yang
kau cipta
Sumber dari segala fatwa
Yang berhak kau puja
Yang wajib kau bela.
Yang Maha Benar
Yang Maha Agung
Allah dengan segala firman-
Nya.
Yang kau mengharap
petunjuk dan
bimbingan dari-Nya.
Yang kau yakini Dia, Tuhan
yang membimbingmu ke
jalan yang paling lurus.
Yang Maha Mengetahui
kebenaran sesungguhnya. []
■ Puisi ini dipublikasikan di Qureta.com pada 19 Oktober 2016.
Komentar
Posting Komentar