Indonesia Bukan Tanpa Tolok Ukur
Indonesia itu bukan hanya Jakarta. Itu benar. Tapi apa yang terjadi di Jakarta terkait realitas politik gegara pilkada DKI Jakarta yang baru usai, adalah cermin untuk bisa melihat wajah Indonesia hari ini dan ke depan. Ada pelajaran yang bisa dipetik.
Fenomena Jakarta adalah fenomena Indonesia. Jakarta melahirkan polarisasi dari berbagai persepsi, tren dan kepentingan. Dan itu adalah Indonesia hari ini dan bisa jadi juga esok.
Bercermin pada Jakarta adalah melihat wajah miniatur Indonesia. Indonesia yang memberi ruang untuk keragaman. Indonesia yang memberi hak untuk hidup bagi semuanya, dari mana pun dan apa pun latar belakangnya : suku, ras, agama, golongan, etnis, bahasa, paham, ormas, parpol, status sosial, pendidikan, dst.
Indonesia menghargai semuanya, tanpa pandang bulu dan tanpa diskriminasi. Tidak ada yang paling istimewa dan paling berhak. Tidak ada yang paling benar dan paling salah. Tidak ada yang paling Indonesia. Tidak ada yang paling Pancasilais. Tidak ada tirani mayoritas dan minoritas, pribumi dan non pribumi, dst.
Semua sama adalah warga negara Indonesia. Ada persamaan hak dan kedudukan. Semua punya kesempatan lahir, hidup dan mati di sini, di republik ini. Indonesia melindungi kebebasan dan hak asasi manusia pada warganya.
Tapi jangan salah dalam menilai dan sesat dalam berpikir bahwa Indonesia adalah semuanya tanpa tolok ukur. Indonesia berdiri dengan tolok ukur yang jelas. Tidak semua bisa masuk dan ditampung di Republik ini tanpa tolok ukur itu. Ada tolok ukur yang sudah menjadi konsesus nasional.
Tolok ukur itu adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika.
Semuanya harus diukur menggunakan tolok ukur ini. Siapa pun, di mana pun, dan apa pun. Inilah Indonesia Raya, bung!
Ya, Indonesia Raya yang sering kita nyanyikan bersama:
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu.
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya.
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta.
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya. []
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya. []
■ Tulisan ini dipublikasikan di Inspirasi.co pada 10 Mei 2017

Komentar
Posting Komentar