Melestarikan Budaya, Merajut Bangsa
Indonesia sangat kaya dengan ragam budaya, adat istiadat, suku, bahasa, dan agama. Ini adalah ciri khas dan modal yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Keragaman inilah yang melahirkan sikap saling menerima, menghormati, dan menghargai segala perbedaan yang ada.
Semboyan negara kita, Indonesia, adalah "Bhinneka Tungga Ika". Kebhinnekaan adalah Indonesia, dan Indonesia adalah kebhinnekaan. Bersatu karena keberagaman. Beragam untuk persatuan. Keberagaman dan persatuan bangsa adalah jembatan emas untuk lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Kepala Negara, Simbol Negara
Menyaksikan upacara detik-detik peringatan HUT RI ke-72 di Istana Negara, 17 Agustus 2017 yang lalu, membuat kita bangga bercampur haru. Presiden dan Wakil Presiden beserta para tamu undangan mengenakan pakaian bertemakan pakaian adat nusantara. Fenomena yang tidak pernah terjadi dalam sejarah peringatan HUT RI selama ini. Ini yang pertama selama 72 tahun Indonesia merdeka.
Adalah wajar, apresiasi dan respons positif dari berbagai kalangan kepada Presiden Joko Widodo sebagai kepala negara dalam menggagas peristiwa langka ini pada momen acara resmi kenegaraan, seperti upacara peringatan HUT RI di Istana Negara ini begitu tinggi.
Apalagi dihadiri para mantan Presiden dan Wakil Presiden RI sebagai tokoh dan pemimpin bangsa ini. Sungguh luar biasa gaungnya.
Bahkan, sehari sebelumnya, Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mengenakan pakaian adat nusantara ketika menghadiri Sidang Tahunan MPR RI.
Momen ini pun sempat menjadi pusat perhatian anggota DPR/DPD RI yang terhormat yang hadir di gedung yang terhormat pula dan semua pasang mata warga bangsa di luar sana, di seantero negeri ini. Berdecak kagum. Surprise!
Hanya saja, acara Sidang Tahunan MPR RI ini, sedikit cacat dan sangat disayangkan dengan adanya doa nyinyir yang dipimpin oleh Tifatul Sembiring, anggota DPR dari Fraksi PKS ini.
Sangat disayangkan, dalam acara resmi kenegaraan lagi, berdoa saja masih juga nyinyir dengan menyelipkan kata-kata sarkasme terhadap Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara memang hampir tidak bisa lepas dari yang namanya simbol. Simbol memainkan peranan penting dalam hidup, komunikasi politik, membangun citra, menambah pesona, menyampaikan pesan, dan membentuk opini.
Presiden sebagai kepala negara adalah simbol itu sendiri. Jokowi, dalam hal ini, sudah memainkan dan mempromosikan perannya dengan baik, sukses, dan efektif sebagai presiden, kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Presiden adalah one man shows dan aktor utama negeri ini. Jokowi adalah aktor yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh aktor-aktor saingannya yang lain di negeri ini ke depan, terutama di 2019 nanti.
Lebih daripada Kata-Kata
Ada peribahasa Arab yang menyatakan bahwa "lisanul hal afsahu min lasanul maqal". Perilaku seringkali lebih efektif daripada perkataan, ada benarnya juga. Berbuat banyak tanpa perlu berkata-kata. Less talk, more action. Karena bisa jadi tong kosong nyaring bunyinya, dan kadang kata-kata yang keluar dari mulutmu adalah harimaumu.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran pun, bahwa guru yang baik, menarik dan memesona bagi peserta didik itu adalah guru yang bisa memahami metode dan keteladan itu lebih baik dan efektif daripada materi yang disampaikan.
Sebagus apa pun materi tapi kalau metode yang digunakan dan menyampaikannya kurang baik dan kurang menarik, maka proses belajar mengajar berjalan tidak efektif dan tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Makanya, dalam pendidikan dan pengajaran ada kaidah, "Al-thariqah ahammu min al-madah", metode lebih penting dari materi dan termasuk keteladanan adalah hal yang perlu diperhatikan betul dalam proses pendidikan dan pengajaran.
Apa yang dilakukan Presiden Jokowi dengan semacam peragaan busana adat nusantara dalam momen hari peringatan HUT RI di Istana Negara adalah pelajaran penting dan proses pendidikan bangsa yang berharga. Bahwa pelaksanaan kata-kata dan keteladaan adalah faktor penting dalam proses pembentukan karakter bangsa.
Jokowi tidak perlu banyak berkata-kata dan berbusa-busa berpidato. Karena apa yang dilakukannya, lebih daripada kata-kata yang terlontar. More than words.
Berkaitan dengan hal ini, Hamid Basyaib melukiskan sangat bagus dan menginspirasi dalam tulisannya, "Pesan Kebangsaan tanpa Pidato."
Cukup mengenakan pakaian adat khas dari setiap daerah yang ada di Nusantara adalah refleksi dan aktualisasi dari begitu pentingnya menghargai dan melestarikan budaya Indonesia, budaya Nusantara dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Hal yang baik ini harus terus sering dibiasakan. Kesadaran itu akan lahir dari tradisi dan kebiasaan yang terus menerus dan konsisten dengan penuh kesabaran diperjuangkan.
"Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata", puisi WS. Rendra.
Pentingnya Lestarikan Budaya
"Jas Merah", pesan Bapak Bangsa kita, Bung Karno. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsa dan para pahlawannya, sebagai pelaku sejarah.
Kebudayaan bangsa adalah pergumulan sejarah bangsa yang dibentuk secara terus menerus dijaga dan dirawat oleh bangsa Indonesia selama berabad-abad lamanya.
Dalam tradisi keislaman, ada prinsip "al-muhafazatu 'ala al-qadim al-salih wa al-akhdu bi al-jadid al-aslah", artinya, "merawat tradisi lama yang baik dan melakukan tradisi baru yang lebih baik" adalah masih relevan untuk dianut dan dijabarkan dalam kaitannya melestarikan budaya bangsa kita yang besar ini sebagai kekayaan bangsa yang tak ternilai.
Indonesia memiliki ragam budaya nusantara. Bangsa Indonesia pada dasarnya lahir dari keberagaman budaya.
Artinya, bahwa semangat keragaman budaya bangsa inilah yang membentuk semangat persatuan Indonesia dalam merajut nilai-nilai kebangsaan.
Melestarikan keragamaan budaya bangsa ini dibutuhkan kerja bersama dari seluruh warga bangsa dalam merajut kebangsaan dan merawat kebhinnekaan NKRI. Karena tanpa itu, Indonesia akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang besar.
Adalah tepat, bahwa tema peringatan HUT RI ke-72 tahun 2017 ini, yaitu: "72 Tahun Indonesia Kerja Bersama." []
■ Tulisan ini dipublikasikan di Qureta.com pada 24 Agustus 2017
Komentar
Posting Komentar