Pesan Monolog Ketika Usia Tak Lagi Muda


Hari ini, kau berulang tahun. Selamat panjang (berkah) umur dan berbahagia! Semoga perjalanan hidupmu selalu berada pada jalan-Nya yang lurus. 


Percayalah, Tuhan selalu bersamamu. Apa pun yang terjadi padamu, tetaplah bersyukur. Tuhan menyayangimu, pasti. 


Hilangkan prasangka tak baik dan berpikirlah positif tentang apa yang kau lihat, dengar dan rasakan. Semuanya sarat makna dan penuh hikmah.


Di usiamu yang tidak lagi muda, perhatikan kesehatanmu. Berhati-hati dengan makanan yang kau konsumsi dan nikmati. Asupan gizi dan gaya hidup sehat harus menjadi hal yang perlu kau perhatikan baik-baik. Ceck up tensi darahmu, gula darahmu, asam uratmu, kolestrolmu, apakah stabil dan normal? Jangan-jangan melebihi ambang batas.


Bertambahnya usiamu, sebenarnya berkurang kesempatanmu untuk menghirup oksigen yang Tuhan sediakan selama ini. Bertambah umurmu, berkurang jatah hidupmu di bumi Tuhanmu ini. Semoga kau maksimalkan peranmu sebagai manusiia, makhluk spiritual dan sosial. 


Lihatlah dirimu! Uban mulai tumbuh di kepalamu. Matamu sudah mulai membutuhkan bantuan kaca mata untuk sekadar melihat atau membaca. 


Tenagamu sudah mulai berkurang tidak sekuat dulu lagi. Di bagian-bagian organ tubuhmu mulai terlihat keriput.


Itu semua adalah isyarat yang mengingatkan bahwa kau mulai tak lagi muda. Hari ini memang, kau setahun lebih tua lagi daripada tahun lalu.


Lihatlah perutmu! Kenapa sekarang menjadi buncit seperti itu? Makanya, banyaklah bergerak dan olah ragamu. Masaa...baru sepuluh menit saja kau senam, tubuhmu sakit tak karuan. Terasa pegal linu seluruh tubuhmu. Makanya niatkan dengan kuat, bertekad mulai sekarang, mulailah berlari-lari kecil dulu. Gerak-gerakan tubuhmu.


Itu kaitannya dengan olah raga, olah jasmanimu yang perlu kau perhatikan betul-betul dalam usiamu yang tak lagi muda seperti sekarang.


Tak terasa waktu terus bergulir. Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun terus berlari tak terkendali. Karenanya, kendalikan emosimu. Tata hatimu. Jaga lisanmu. Kontrol sikap dan pikiranmu.


Bersikap bijak, berlapang dada dan rendah hati, itu semua menghantarkanmu kepada kedewasaanmu dalam bertindak dan berpikir.


Menerima realitas perbedaan dan keragaman di sekitarmu adalah penting dalam proses aktualisasi dan sosialisasi diri. 


Biarkan perbedaan dan keragaman iman, keyakinan, berpiikir dan pemahaman itu berjalan apa adanya.


Anggap saja apa yang kau yakini itu benar, tapi bisa jadi mengandung kesalahan. Sebaliknya, apa yang mereka yakini dan menurutmu salah, tapi bisa jadi mengandung kebenaran juga. Yang penting, jangan saling memaksakan kehendak dan tak perlu mengatakan sesat pada orang yang berbeda. Percayalah, dalam keragaman, kau akan menemukan celah kebersamaan dan keindahan. Keragaman adalah given dan sunatullah.


Selain itu, penting juga kau perhatikan dan terus tingkatkan adalah olah batinmu, olah ruhanimu. Laku lampah spiritualmu yang sesekali kau sepelekan. Cobalah tetap berasik-asik juga mendekatkan diri dengan Tuhanmu. Menyatukan jiwa dan batinmu dengan Sang Maha Kuasa. Melakukan laku "manunggaling kawla Gusti", bertajalli dengan Tuhan Yang Maha Cinta. Bersujud dan merapal wirid-wirid, mensucikan diri dan mencerahkan jiwa di keheningan malam.


Yakinlah bahwa Tuhan itu selalu hadir dan dekat denganmu. Walaupun kau tak bisa meraba-Nya, tapi  tetap kau bisa merasakan kehadiran-Nya. Kau tak bisa melihat-Nya, tapi yakinlah bahwa Dia melihatmu dan nyata. Dia itu gaib tapi bukan berarti tidak ada,. Ke mana saja kau hadapkan wajahmu, di situ kau temukan wajah Tuhanmu. Dalam suasana apa pun, dalam sehat dan sakitmu, saat suka dan dukamu, ketika senang dan sedihmu, yakinlah, bahwa Tuhanmu selalu bersamamu.


Bacalah terus Kitab Sucimu, Alquran dan kitab-kitab tafsirnya. Menyelami dalamnya samudra hikmah dan pengetahuan di dalamnya. Anggap saja kau sedang bicara dengan Tuhanmu lewat firman-firman-Nya itu. Yakinlah, pesan yang kau temukan dalam firman-firman-Nya yang tak akan pernah lekang di makan zaman dan selalu up to date. Paling tidak, itu menenangkan batinmu.


Sebagai ayah dari anak-anakmu, tetaplah jadi teladan bagi mereka. Teruslah jadi ayah yang baik, memesona dan konsisten menanggung amanah.


Tetaplah menjadi ayah yang kebapakan yang selalu dirindukan kehadirannya, yang selalu memberi kenyamanan dan perlindungan bagi mereka. Ayah yang selalu menyenangkan dan dirasakan kasih sayangnya oleh anak-anakmu. Ayah yang kuat, bijak dan humoris yang selalu menemani mereka, menyemangati dan menyayangi mereka.


Inilah pesan monolog untukmu di hari ulang tahunmu sebagai mawas diri dan refleksi atas perjalanan hidupmu yang hampir mendekati setengah abad ini. Semoga Allah, Tuhan semesta alam selalu memberkahimu. []


■ Tulisan ini dipublikasikan di Inspirasi.co pada 05 April 2017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

In Memoriam, Hanif M Sobari (1970 - 2018) : Semesta Pun Berduka

Tembak Laser untuk Batu Ginjal, Sebuah Ikhtiar

Mencairlah, Rindu Kita yang Membeku