Tanya Saja Jokowi, Mandor Utama Proyek Infrastruktur ini!

Foto ini menggambarkan kemacetan di jalan tol JORR (Jakarta Out Ring Road), tepatnya di Cikunir Bekasi. Foto diambil Jum'at malam, (09/03/2018).

Tanya Saja Jokowi, Mandor Utama Proyek Infrastruktur ini!
Oleh Muis Sunarya

Pemandangan ini hampir selalu saya saksikan dan alami saban hari. Mobil-mobil nyaris tidak bergerak. Walaupun bergerak, paling beberapa senti saja, alias merayap seperti semut. Pamer, padat merayap. Iya, kepadatan lalu lintas di jalan yang disebut jalan bebas hambatan dan berbayar pula atau jalan tol ini, tapi nyatanya melulu tiada hari tanpa hambatan yang memang sudah menjadi langganan setiap hari. Artinya, di jalan tol ini melulu laju kendaraan terhambat alias macet total.


Kepadatan yang berakibat kemacetan lalu lintas yang selalu terjadi di jalan bebas hambatan dan berbayar (baca: jalan tol) sepanjang jalan tol Jakarta lingkar luar (JORR) menuju arah Cikampek dan tol dalam kota Jakarta - Cikampek ini adalah pemandangan dan rutinitas yang amat sangat menyebalkan.


Kondisi seperti ini sudah pasti membuat pengguna jalur jalan tol ini geram dan lelah luar biasa. Karena memakan waktu tempuh yang mestinya cepat dan lancar, menjadi lambat, berjam-jam dan berlama-lama. Walaupun sebenarnya sudah nggak aneh sih. Tapi tetep aja, ngeselin banget. Lantas, apa penyebab ini semua? 

Penyebab utamanya adalah imbas proyek pembangunan infrastruktur berupa rel layang kereta api cepat (LRT) Jakarta - Bandung dan jalan tol layang Jakarta - Cikampek. Ditambah penyebab yang lain dan ini sudah nggak aneh adalah volume atau padatnya kendaraan yang melewati jalur ini.

Terus, sampai kapan ini berakhir? Entahlah, tanya saja pada Jokowi, mandor utama dari semua proyek pembangunan infrastruktur yang bikin susah dan sumpah serapah semua orang yang melewati jalur ini tumpah. Karena stuck luar biasa. Ampun, deh!

Mencari jalur (jalan) alternatif (jaltrif)? Itu juga yang disarankan jasa marga (pengelola jalan tol) lewat teks pesan berjalan (running text) di papan layar digital yang terpasang melintang di setiap jalan tol ketika kondisi lalu lintas tersendat.


Sering juga saya ikuti saran itu atau dengan inisiatif sendiri, saya menggunakan jalur alternatif melewati jalan protokol (jalan biasa non tol), tapi iya sama saja, padat-padat juga lalu lintasnya. Macet iya macet saja. Apalagi nyampur dengan kendaraan roda dua (sepeda motor) yang menyemut itu. Begitu yang saya lakukan menghindari kemacetan atau tersendatnya lalu lintas di tol atau jalan raya tanpa hambatan dan berbayar itu.


Cara lain menghadapi kondisi kayak gitu, paling-paling, ujung-ujungnya, iya harus sabar. Dituntut untuk sabar. Mau gimana lagi, akhirnya harus terima apa adanya. Itung-itung terapi kesabaran, latihan kesabaran saja. Belajar untuk sabar. Walaupun tampaknya tetap saja, judulnya "kesabaran yang tetap berbatas atau dipaksakan?" Iya, ambil aja positifnya deh, namanya juga rakyat kecil.


Apalagi, kesabaran, kata "Mahfudzot" (kata mutiara berbahada Arab, mata pelajaran di pesantren), seperti buah Thibr (buah yang rasanya sangat pahit semacam buah Mahoni, mungkin) yang pahit rasanya. Tapi hasilnya akan terasa manis, bahkan lebih manis daripada madu. Makanya, bersabarlah!


Lagian, orang sabar kan disayang Tuhan. Dan Tuhan selalu bersama orang yang sabar. Mudah-mudahan saja kalau sabar dan tulus, jadi (rezekinya) subur dan banyak fulus.


Untuk mengurangi dan mengurai kemacetan di jalan tol di sekitar tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur, jalur ini yang menjadi biang kerok dan muara kemacetan selama ini, karena lokasi inilah yang menjadi muara aliran kendaraan dari berbagai arah.


Ada tiga arah terutama bagi kendaraan-kendaraan itu bermuara; dari arah tol lingkar luar Cikunir, lingkar luar Tanjung Priok dan tol dalam kota Jakarta - Cikampek, maka dalam beberapa hari ke depan, insya Allah, ada secercah harapan, yaitu dengan penerapan kebijakan ketentuan hari "genap ganjil" bagi plat nomor dari kendaraan yang akan melintas atau keluar masuk di gerbang tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur, yang akan diberlakukan mulai tanggal 12 Maret 2018.


Selain itu, kebijakan pengaturan larangan jam melintas, yaitu dari pukul 06:00 sampai 09:00 WIB untuk jenis kendaraan 2, 3 dan 4 (kendaran besar seperti truck, kontainer), dan kebijakan pengaturan jalur khusus bagi kendaraan umum atau bis pada jalur 1 (lambat). Ini semua, paling tidak, ada ikhtiar dan kebijakan yang perlu diapresiasi dan didukung bareng untuk mengurangi dan mengurai kemacetan di jalur ini selama berjalannya proyek pembangunan infrastruktur yang entah kapan kelarnya. Berharap kebijakan ini membuahkan hasil yang efektif dan signifikan.


Tapi, ada sedikit bocoran informasi, konon, proyek ini akan diresmikan oleh mandor utama proyek pada tahun politik 2019 mendatang menjelang kampanye pilpres. Untuk naikkan elektabilitas dan pencitraan, biar dua periode? Emohlah, ora weruh aku! Wong namanya juga politik, tidak ada yang tidak mungkin. Serba mungkin, toh? []


Sekadar untuk catatan kaki, ada beberapa istilah untuk menunjukkan istilah "kemacetan lalu lintas".


traffic jam, stuck.

● atau bandingkan dengan kata yang kita kenal dengan "stagnasi", yang artinya 1) keadaam terhenti (tidak bergerak, tidak aktif, tidak jalan); kemacetan; 2) keadaan tidak maju, atau maju tetapi pada tingkat sangat lambat; 3) keadaan tidak mengalir (mengarus). Walaupun begitu, istilah "stagnasi" ini jarang sekali digunakan untuk keadaan yang menunjukkan kemacetan lalu lintas.
● padat merayap, sering disingkat dan diplesetkan menjadi "pamer".
● Jalan tol yaitu jalan raya bebas hambatan dan berbayar.


Pos Jaga Jasa Marga Tol JORR Cikunir, 09 Maret 2018 Pukul 21:21 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

In Memoriam, Hanif M Sobari (1970 - 2018) : Semesta Pun Berduka

Tembak Laser untuk Batu Ginjal, Sebuah Ikhtiar

Mencairlah, Rindu Kita yang Membeku