Bagaimana Kurang Baiknya Tuhan pada Kita
Sampai akhirnya saya terbaring lemas terkulai tak berdaya di ruang rawat rumah sakit ini, dekat tempat tinggal saya di Bekasi. / Foto Dok. Pribadi |
Berbuat baik saja karena Tuhan. Yakinlah, Tuhan itu Maha Baik dan Maha Tahu. Ternyata, di sini, masih ada orang baik. Dan, alhamdulillah, Tuhan Yang Maha Baik itu telah mengirimkan orang baik itu pada saya.
Saya sangat bersyukur dikelilingi dan dikirimi oleh Tuhan orang-orang baik selama ini. Maka jangan ragu untuk selalu berbuat baik dan menebar kebaikan pada siapa saja.
Bagaimana kurang baiknya Tuhan itu, khususnya pada saya dan saya sendiri merasakan langsung betapa baiknya Tuhan pada saya.
Dan ingat jangan sekali-kali menyepelekan hal yang mungkin selama ini disepelekan dan dipandang sebelah mata atau dianggap tidak penting oleh tidak sedikit orang. Apa pun dan siapa pun itu. Justru keberadaannya adalah penting.
Mungkin selama ini yang dianggap penting dan berpengaruh hanyalah orang-orang yang banyak duitnya, tinggi jabatannya, tinggi kedudukannya di tengah masyarakat, orang terpandang, dan seterusnya.
Bukan mereka tidak penting, tentu saja. Jelas mereka juga pasti penting. Tapi bukan hanya dan bertumpu pada mereka saja, seolah-olah mereka saja yang paling penting. Di luar mereka sama sekali tidak penting.
Adalah dua hari yang lalu saya mengalami peristiwa yang luar biasa yang memberikan pelajaran berharga pada saya bahwa Tuhan itu hadir dan selalu berada dekat bersama kita, di manapun dan kapanpun kita berada.
Selain itu, bahwa tidak pantas kita bersikap merendahkan, menyepelekan dan menganggap tidak penting. Apa pun dan siapa pun itu. Karena setiap apa pun dan siapa pun pasti memiliki kelebihan, keistimewaan, dan peran yang penting dalam kehidupan ini.
Dua hari yang lalu pada tengah nalam saat dalam perjalanan pulang di tol Cipularang, saya menderita sakit luar biasa di lambung dan perut saya. Sehingga membuat tubuh saya rapuh dan tak berdaya menahan kesakitan yang luar biasa.
Dalam kondisi kesakitan luar biasa itu, Alhamdulillah, Tuhan mengirimkan orang-orang yang baik, tulus dan bersahaja pada saya. Mereka itu orang hebat dan berhati mulia. Mereka inilah yang tergerak hatinya membantu dan menolong saya untuk "menyelamatkan" saya dari rasa kesakitan saya.
Mereka adalah orang-orang kecil dan dipandang sebelah mata. Tapi bagi saya adalah orang-orang besar dan juru selamat.
Mereka itu bukan siapa-siapa saya. Saya tidak pernah mengenal mereka, dan mereka pun tidak mengenal saya. Kita tidak saling mengenal sebelumnya. Bukan juga orang terpandang. Mereka orang biasa-biasa saja. Tapi mereka adalah orang-orang yang tulus, berhati mulia dan berbuat tanpa pamrih.
Siapakah malaikat-malaikat kecil tak bersayap yang membawa saya terbang melintasi batas cakrawala dengan cinta kasih dan kemanusiaan itu?
Merekalah orang-orang pertama dan berperan penting dengan tulus mengulurkan tangan, menyentuh dengan rasa kemanusiaan, menolong saya dalam keridakberdayaan saya menahan kesakitan, membawa saya menembus dinginnya cuaca tengah malam, menerobos terpaan angin dan gelap gulita malam, menyusuri jalan terjal setapak berkilo-kilo meter di perbukitan gersang pedesaan efek kemarau panjang.
Melalui jalan pintas menuju Puskesmas terdekat di sebuah desa. Desa terpencil di wilayah Kabupaten yang dipimpin oleh mantan Bupati, Kang Dedi Mulyadi yang concern dengan peningkatan pelayanan kesehatan di wilayahnya itu.
Dalam kondisi menahaan kesakitan, saya sempat terkesima dengan apa yang saya saksikan bahwa ternyata di desa dan kampung yang terpencil di atas perbukitan masih ada Puskesmas lengkap dengan petugas dan perawat yang siap menahan kantuk begadang dan setia untuk melayani pasien 24 jam. Salut dan bangga saya.
Terima kasih petugas dan perawat Puskesmas yang luar biasa. Terima kasih Kang Dedi Mulyadi, dan semoga Teh Anne Ratna Mustika (istri Kang Dedi Mulyadi), Bupati terpilih pada pilkada kemarin dapat meneruskan dan meningkatkan kebijakan-kebijakan bupati sebelumnya yang notabene suaminya.
Sampai akhirnya saya terbaring lemas terkulai tak berdaya di ruang rawat rumah sakit ini, dekat tempat tinggal saya di Bekasi.
Yang pasti, mereka bukan dokter-dokter yang lulusan fakultas kedokteran dari universitas-universitas bergengsi dan ternama di negeri ini. Bukan juga orang-orang manajemen rumah sakit yang suka arogan dan sombong itu. Bahkan dokter-dokter dan orang-orang manajemen seperti ini sering sudah kehilangan rasa empati dan kemanusiaannya.
Cobalah lihat di rumah sakit-rumah sakit umum daerah atau swasta ternama itu. Tidak sedikit kasus pasien ditelantarkan gegara tidak punya uang untuk deposit sebagai jaminan atau pasien BPJS yang sering bernasib tak beruntung dan terkatung-katung sampai meregang nyawa karena diabaikan dan tak dilayani. Membuat miris dan sesak dada kita menyaksikan fenomena degradasi moral dan kemanusiaan itu.
Rasa empati dan kemanusiaannya sudah benar-benar hilang dari diri mereka. Seakan-seakan mereka tidak akan pernah sakit dan mati saja. Lupa atau memang sengaja lupa bahwa mereka juga adalah manusia, sama seperti pasien-pasien mereka.
Alhamdulillah 'ala kulli hal. Saya bersyukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah mengirimkan "malaikat-malaikat kecilnya" pada saya di penghujung malam itu, yang telah menyelamatkan saya.
Terima kasih dan penghargaan saya yang luar biasa untuk "malaikat-malaikat kecil" saya. Yang pasti, saya tidak akan pernah lupa aksi spontan penyelamatan dan bantuan tulus penuh kasih dan kemanusiaannya tanpa pamrih, merefleksikan cinta dan kasih Tuhan pada saya.
Demikianlah, Maha Benar Allah dengan firman-Nya, bahwa jika kita ingin bertemu Tuhan, maka berbuat baiklah dan jangan menyekutukan (dan pamrih) dengan sesuatu apa pun dalam beribadah kepada-Nya. Berbuat baik saja karena Tuhan. Titik! (Lihat, Q.S. Al-Kahfi [18] ayat 110).
Bahkan Tuhan dengan narasi sugestif-Nya yang panjang dalam Hadis Qudsi, mengundang kita menemui kehadiran-Nya lewat orang-orang lemah yang merasa kesulitan dan kesusahan secara ekonomi (merasa kelaparan), orang-orang yang tengah ditimpa musibah dan menderita sakit. Di situlah, kita akan bertemu dan bertatapan langsung dengan Tuhan, Allah SWT.
Nabi SAW dengan narasi sugestifnya yang panjang pula, sampai-sampai menegaskan bahwa Allah akan selalu membantu hamba-Nya, selama hamba-Nya pun mau membantu saudaranya. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar