Akankah Berujung di Meatotomy?

Ini cerita tentang rekam jejak medis saya. Cerita ini lebih sekadar curahan hati (curhat) pribadi tentang hal yang kurang menyenangkan. Tetapi anggap saja, saya sedang ingin berbagi kepada para Kompasianer atau pembaca berkaitan dengan apa yang saya alami selama ini. Berharap ada manfaatnya, atau paling tidak, mungkin ada saran dan pencerahan dari Anda, Kompasianer.

Adalah sekitar dasawarsa yang lalu, berawal dari sakit yang luar biasa di sekitar pinggang agak ke belakang di atas pinggul.

Awalnya saya pikir, ini sakit biasa saja, paling-paling, masuk angin atau gejala maag. Kalau sudah begitu saya biasanya minum obat maag atau obat tolak angin, bahkan karena masih menganut cara tradisional, pilihannya adalah dikerok untuk mengatasi gejala masuk angin.

Tapi ternyata sakitnya tetap tidak mau pergi. Masih terasa, sakit luar biasa. Kalau dokter bilang, sakitnya itu seperti seorang ibu yang melahirkan secara normal (bayangkan saja bagi ibu-ibu yang pernah melahirkan normal, bukan cesar, seperti itulah sakitnya).

Akhirnya, karena nggak hilang-hilang sakitnya, terpaksa saya ke rumah sakit. Masuk ke ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Setelah dicek oleh dokter, diprediksi (baru diagnosa awal) oleh dokter bahwa sakit saya diakibatkan batu ginjal. Untuk memastikan itu harus di-rongen atau di-USG, dan ditangani oleh dokter spesialis urologi.

Sebagai pertolongan pertama, saya diberi semacam obat penghilang rasa sakit (analgetik atau apa gitu istilahnya). Selang beberapa menit, benar rasa sakit saya reda. Setelah itu saya boleh pulang dari rumah sakit dengan catatan sebagaimana pesan dokter, saya harus kembali lagi ke rumah sakit pada hari yang ditentukan sesuai jadwal praktik dokter urologi.

Dan di hari berikutnya, sesuai jadwal waktu yang sudah ditentukan untuk kontrol lagi ke rumah sakit, saya langsung ditangani oleh dokter spesialis urologi. Setelah dicek melalui USG, akhirmya berdasarkan diagnosa dokter bahwa saya divonis sakit diakibatkan batu ginjal.

Setahun lamanya, di samping saya sambil tetap disibukkan bekerja sebagai ASN di salah satu instansi pemerintah, juga direpotkan dengan sakit yang saya derita dan mesti bulak-balik kontrol ke rumah sakit.

Alhamdulillah, melalui penanganan pengobatan secara medis, juga dibarengi dengan pengobatan secara herbal, yaitu dengan minum godokan daun kumis kucing dan pecah beling, yang diracik sendiri telaten oleh istri saya secara rutin setiap hari, batu ginjal saya keluar bareng urin. Plong rasanya dari gangguan sakit gegara batu ginjal yang saya derita selama ini.

Sejak saat itu, karena saya pikir batu ginjalnya sudah keluar, dan saya merasa tidak ada gangguan sakit lagi, saya nggak pernah kontrol lagi, tentu saja. Saya sudah yakin saja, bahwa saya sudah pulih total, dan sudah bersih dari batu yang mengganjal di ginjal saya selama ini.

Namun, di awal tahun baru 2018, saya merasakan sakit lagi. Pinggang saya agak ke belakang di atas pinggul, sakit luar biasa, seperti dulu. Saya langsung menduga gangguan batu ginjal saya muncul lagi.

Saya langsung kontrol ke rumah sakit. Dan saya ketemu lagi  dokter spesialis urologi yang sama, yang menangani saya selama ini. Saya di-USG sebagaimana biasa, ternyata tampak masih ada batu ginjal dengan ukuran keci sekitar 5 milimeter, begitu dokter bilang.

Karena ukurannya kecil, dokter menyarankan, ditembak laser saja. Istilah medisnya, tindakan melaui ESWL. Saya oke saja dan mengamininya, demi kebaikan dan kesehatan saya.

Januari, tanggal 04 tahun lalu, saya kali pertama mendapat tindakan medis bernama ESWL sebagai ikhtiar mengatasi gangguan sakit akibat batu ginjal.

ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecah batu yang ditembakkan dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut yang dapat memecahkan batu menjadi pecahan yang halus, sehingga pecahan tersebut dapat keluar bersama dengan air seni.

Setelah tindakan ESWL itu, saya kontrol. Seperti biasa di-USG, dokter bilang, batunya masih ada. Saya disarankan kontrol rutin tiap seminggu sekali. Tapi saya agak malas harus bulak-balik kontrol.

Setahun kemudian, karena setiap kencing saya masih merasa terganggu, tanggal 28 Pebruari 2019, saya di-ESWL lagi untuk kali kedua.

Selasa, 12 Maret 2019, dua minggu pasca ESWL, saya kontrol lagi. Dokter spesialis urologi memeriksa dan melihat ginjal saya dengan bantuan USG. Setelah di-USG, dengan tegas dokter menyatakan, "Bersih, sudah tidak ada batunya lagi".

Sontak saya berucap, "Alhamdulillah!". Saya bersyukur kepada Allah. Akhirnya, ikhtiar ini berbuah manis. Berhasil. Saya bersujud dan bersyukur.

            سجد وجهي للذي خلقه و صوره
          وسقى سمعه وبصره بحوله وقوته
                   فتبارك الله أحسن الخالقين

Beberapa hari kemudian, saat saya buang kecil, terasa ada sesuatu menggerinjal di saluran kemih saya -- saya menduga batu ginjal turun dan ikut mengalir bersama air seni. Namun, sayang tidak sampai keluar. Justru berhenti di ujung  Mr. P, sehingga agak menyumbat jalan keluarnya air seni.

Saya akhirnya konsultasi lagi ke dokter. Jalan satu-satunya, kata dokter, harus di lakukan tindakan medis melalui operasi yang bernama maetotomy. 
Karena batu sudah berada di ujung Mr. P, maka akan sulit dihancurkan dan keluar.

Meatotomy

Seorang ginekologi maupun spesialis urologi mungkin akan sering mendengar dan mendapati mengenai kelainan yang terjadi pada organ genital.

Pada dasarnya kelainan seperti adalah hal yang sangat umum untuk ditemukan. Kelainan organ genital ini sendiri bisa terjadi pada pria dan wanita. Salah satu kelainan organ genital yang sering didapati adalah meatal stenosis atau sebuah kondisi dimana saluran uretra menyempit. Penyempitan ini menyebabkan banyak sekali hal yang mengganggu kehidupan kita sehari-hari.

Meatal stenosis ini sendiri bisa saja muncul pada pria dan wanita, namun secara umum biasanya lebih sering muncul pada pria. Kemungkinan munculnya meatal stenosis pada pria biasanya sekitar 9-10 %. Namun, pada beberapa kasus prosentasi ini naik hingga 20 %. Naiknya prosentase ini biasanya disebabkan oleh adanya faktor pendukung.

Meatal stenosis merupakan salah satu gangguan yang bisa dikatakan cukup berbahaya dan mengganggu. Untuk dapat mengurangi gangguan yang ditimbulkan oleh penyakit ini maka bisa digunakan tindakan medis seperti meatotomy.

Tindakan medis ini bertujuan untuk memperlebar saluran uretra. Pelebaran ini bisanya dilakukan pada ujung penis, hal ini dikarenakan meatal stenosis cenderung terjadi pada ujung penis.

Metode yang ini biasanya dilakukan pada pria yang masih muda. Hal ini dikarenakan meatal stenosis lebih sering ditemukan pada pria usia yang lebih muda. Kondisi ini meningkat biasanya setelah seorang pria menjalani sunat.

Selain melaksanakan meatotomy seorang pasien yang mengalami meatal stenosis biasanya dapat juga melakukan meatoplasy.

Kedua metode ini sebenarnya memiliki persamaan yaitu usaha untuk memperlebar saluran pembuangan urin pada ujung Mr. P.

Namun, pada meatoplasty setelah dilakukan pelebaran maka akan diikuti dengan tindakan penjahitan kembali. Sedangkan pada meatotomy setelah dilakukan pelebaran, biasanya sangat jarang akan diikuti dengan tindakan penjahitan kembali. Keadaan tersebut yang menjadi dasar utama perbedaan meatotomy dan meatoplasty.

Tindakan sebelum operasi

Pada dasarnya tindakan ini merupakan sebuah tindakan yang tidak terlalu berbahaya, serta cukup aman untuk dilakukan. Biasanya sebelum melakukan tindakan operasi, dokter akan mewawancarai pasien terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk mengetahui mengenai riwayat kesehatan pada pasien. Pada kebanyakan kasus meatal stenosis cenderung terjadi pada anak-anak. maka yang melakukan tindakan wawancara adalah orang tua.

Pada proses ini biasanya dokter akan menjelaskan mengenai metode yang akan digunakan, serta penyebab dari kelainan yang terjadi pada anak. Selain itu juga dibicarakan mengenai kemungkinan-kemungkinan terjadinya komplikasi yang masih memiliki kemungkinan untuk muncul pada saat tindakan meatotomy dilakukan.

Tindakan Operasi

Untuk mendapatkan kelancaran pada saat operasi berlangsung bisanya pasien akan diberikan anastesi terlebih dahulu. Pada kasus ini biasanya ada beberapa jenis anastesi yang bisa saja diberikan kepada pasien. seperti

Topical Anastesi

Pada anastesi ini bisanya dokter akan memberikan semacam obat oles pada area meatal. Pemberian obat ini bertujuan untuk menjadikan area meatal menjadi mati rasa. Sehingga pada saat operasi berlangsung maka pasien akan tetap sadar.

Lokal Anastesi

Anastesi yang satu ini bisa dikatakan memiliki kemiripan dengan topical anastesi. Hal ini karena keduanya bertujuan untuk membuat meatal menjadi mati rasa. Namun, pada lokal anastesi untuk membuat meatal menjadi mati rasa, maka digunakan proses penyuntikan anastesi pada meatal.

Spinal Anastesi

Anastesi jenis ini dilakukan pada area tulang belakang. Dokter akan memberikan suntikan anastesi pada area tulang belakang anak. Penyuntikan anastesi pada area ini menyebabkan si anak akan mati rasa pada area bagian bawah tubuhnya.

General anastesi

Anastesi jenis ini merupakan anastesi yang umum diberikan pada pasien yang akan menjalani tindakan operasi. Anak akan tertidur sepanjang proses matotomy dilakukan, dan akan terbangun saat proses telah usai.

Setelah mendapatkan anastesi yang seusai dengan kondisi pasien maka dokter akan membersihkan area meatus agar steril. Kemudian akan membuat sayatan yang pada bagian bawah meatus.

Pada beberapa kasus juga akan melakukan sayatan pada ujung meatus untuk memperlebar lubang urin pada meatus. Setelah sayatan dirasa cukup maka akan dilakukan penjahitan pada beberapa lokasi yang telah mendapatkan sayatan.

Biasanya dokter akan memasukan bola-bola kecil ke saluran ureter. Hal ini bertujuan untuk mengecek bahwa sudah tak ada lagi gangguan yang terjadi. pada beberapa kasus terkadang dokter memasukan kateter untuk membantu pembuangan urin.

Tindakan operasi ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Selain itu pasien akan dapat langsung pulang ke rumah setelah tindakan operasi berlangsung. 

Pada beberapa kasus biasanya pasien akan diminta istirahat sampai benar-benar sadar dari anastesi yang diberikan.

Penanganan Pasca Operasi

Biasanya pada mereka yang telah menjalani operasi maetotomy akan diberikan beberapa obat-obatan. Salah satunya bisanya berbentuk obat oles yang harus di oleskan pada meatus selama 2 minggu penis.

Hal ini bertujuan untuk menghindarkan timbulnya infeksi dan alergi yang cukup berbahaya bagi pasien nantinya. Selain itu biasanya dokter akan memberikan beberapa instruksi tambahan kepada pasien.

Instruksi ini biasanya akan sangat berbeda antar pasien. Hal ini berhubungan dengan kondisi dari tubuh pasien itu sendiri. Namun, secara umum ada beberapa instruksi yang bisa diberikan kepada pasien seperti:
  • Pemberian celana dalam longgar kepada pasien 
  • Menghindari aktivitas berat
  • Hindari kegiatan olahara seperi naik sepeda, atau bermain di luar rumah selama 3 atau 4 hari
  • Biasanya ada bebeapa jenis makanan dan minuman yang harus dihindari oleh pasien
  • Istirahat yang cukup
  • Lakukan konsultasi dengan dokter jika ditemukan beberapa perubahan.

Efek Samping

Sama halnya dengan jenis tindakan medis lain yang dapat memiliki resiko atau efek samping. Tindakan meatotomy ini sendiri juga memiliki beberapa efek samping yang bisa saja muncul pada pasien. Ada beberapa efek samping yang bisa saja muncul, seperti demam, alergi, infeksi, buang air kecil yang menyebar, penggumpalan darah. (Sumber)

Ini, sekali lagi,  sekadar cerita rekam jejak medis saya dari sakit yang saya rasakan selama  ini. Semacam curahan hati (curhat) pribadi. Jika ada saran dari Anda, dengan senang hati, saya ucapkan terima kasih.

Jaga terus kesehatan dengan banyak minum air putih dan membiasakan gaya hidup sehat.

Komentar

  1. The most popular slot machines in the world - LuckyClub
    Popular slots such luckyclub as Cleopatra and The Starburst. These are the most popular machines in the world thanks to the ease of play.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

In Memoriam, Hanif M Sobari (1970 - 2018) : Semesta Pun Berduka

Tembak Laser untuk Batu Ginjal, Sebuah Ikhtiar

Mencairlah, Rindu Kita yang Membeku